Friday, July 04, 2008

SUATU SAAT DALAM TAXI

SUATU SAAT DALAM TAXI
Selamat Membaca, Tuhan memberkati

"Jika kita melakukan sesuatu, lakukanlah
semuanya
seperti kita melakukan untuk Tuhan".

Hari-hari terakhir pekerjaan kantor sangat
melelahkan.
Tidak ada waktu untuk 'memanjakan' diri sendiri.
Bahkan saat akan beristirahat pun, segala masalah
dan tugas dalam pekerjaan selalu menghantui
pikiran. Terus terang saya sudah malas dengan
segala keinginan boss-ku.
Nyaris setiap hari aku pulang larut malam.
Pergi pagi pulang malam.
Dari Senin sampai Sabtu.
Dan segala pekerjaanku tidak pernah di hargai
olehnya.
Jadi aku pikir "masa bodoh dengan segala
pekerjaan
kantor. Aku sudah cape.
Terserah deh, nanti jadinya apa. Gua kaga peduli".
Jadi Sabtu kemarin aku habis kan waktu dengan
tidur seharian.
Membaca buku, menonton televisi, dengar kaset.
Laptop yang tergeletak di atas meja tidak aku
sentuh sedikit pun. "Masa bodoh" pikirku.
Sendok suapan terakhir telah masuk ke dalam
perut.
Wah, kenyang juga.
Kubenahi segala dokumen yang di butuhkan dan
segera keluar kantor mencari taxi.
Sudah 5 menit aku menunggu, akhirnya taxi yang
kutunggu datang juga.
"Daerah kota pak" Seruku pada supir taxi.
"Kotanya di mana pak?", dia menimpali.
"Wah, namanya apa yah?" aku sendiri tidak begitu
ingat.
"Nanti saya tunjukkan jalannya kalau sudah
sampai
di sana"
"Baik Pak". Suasana hening.

Tidak beberapa lama pak supir berkata, "Tadi orang
yang pakai taxi ini sebelum Bapak, naik dari
Taman
Anggrek".
Dekat amat pikirku. Kantorku ada di daerah
Citraland. "Kok mau sih pak?" ucapku.
"Wah tidak baik menolak rejeki. Kalau Tuhan
sudah
kasih berkat, masa kita tolak", ujarnya dengan
logat batak yang masih terasa. "Kalo supir lain
sih pasti nolak. Kalau saya, ngak masalah, dekat
atau jauh toh berkat dari Tuhan."
"Wah, berfilsafat dia.", pikirku.
"Tapi sebenarnya untung juga sih kalau nariknya
deket. Tadi saja saya di kasih uang 10.000.
padahal argonya ngak sampe 5 rebu. Saya senang
juga. Tapi sebenernya saya ngak tega kalo mesti
nolak. Dia kan pasti mau buru-buru. Bagaimana
rasanya, sesudah duduk, eh malah saya tolak.
Sakit
hati kan".
"Iya juga yah", pikirku.
Suasana hening kembali. Kuperhatikan wajahnya
dari
kaca mobil. Keliahatannya ceria, tidak seperti
sopir-sopir taxi yang lain. Yang rata-rata
wajahnya cemberut. "Bapak sudah lama jadi sopir
taxi", Tanyaku memecah keheningan.
"Baru empat tahun Pak." "Sebelumnya kerja di
mana?"
"Dulu saya kerja di perhotelan."
"Kerja di bagian apa Pak?"
"Manager operasional"
Hah ? Tidak salah dengar ? Manager ? ngak
mungkin
ah.. "Anak buahnya banyak pak?", tanyaku sedikit
menyelidik.
"Ada sekitar 100 orang".
"Terus, koq sekarang malah jadi sopir taxi"
"Wah, panjang ceritanya Pak."
"Oh.", gumanku dan tidak bertanya lebih lanjut,
kelihatannya ada kenangan pahit yang dia alami.
"Biasalah pak korban kena sikut", ujarnya
meneruskan, "Padahal dia teman baik saya. Tidak
menyangka dia akan berbuat seperti itu. Tapi buat
saya itu ngak masalah. Saya percaya Tuhan pasti
akan tetap pelihara saya. Buktinya saya langsung
bisa dapat pekerjaan lagi. Walaupun tidak sehebat
seperti dahulu. Yah, sudah cukup lah, untuk
kebutuhan sehari-hari".
"Kenapa Bapak tidak mencoba melamar di hotel
lain?"
"Nama saya sudah rusak Pak."
"Pasti karena di fitnah oleh teman baiknya itu",
pikir ku...
Kuperhatikan lagi wajahnya. Tetap ceria seperti
tadi. Tidak nampak terbeban.
"Lebih enak jadi sopir atau kerja seperti dulu
Pak?", tanyaku.
"Wah, enak atau enggak tergantung hati kita Pak.
Pokoknya kita mesti sadar, bahwa apa yang kita
punya saat ini, Tuhan yang memberi.
Mengucap syukur senantiasa. Sukacita bukan
datang
dari luar, tapi dari dalam diri kita.
Jadi kalau di tanya lebih enak mana, dulu atau
sekarang, jawabannya yah: dua-duanya.
Mau jadi apa aja ngak masalah, yang penting ada
rasa syukur,
pasti sukacita itu datang dengan sendirinya."
Wah, jadi malu aku. Aku yang sejak kecil di didik
dalam keluarga percaya,
masih mengeluhkan pekerjaan yang saya terima.
Padahal kalau dibandingkan dengan sopir taxi,
pekerjaan saya jauh lebih enak.
Dengan penghasilan yang lebih tinggi tentunya.
Tapi, dasar ! Nggak ada ucapan syukurnya.
Aku jadi teringat akan nasehat yang mengatakan
"Jika kita mela kukan sesuatu,lakukanlah segala
sesuatu seperti kita melakukan untuk Tuhan".
Hmmm, hari ini aku di sadarkan kan oleh seorang
supir taxi.
Hari ini aku di kuatkan kembali untuk selalu
bersyukur dalam segala hal.
Anak-Ku, Aku tahu bahwa kadang kala begitu
menggoda untuk menyerah dalam kehidupan.
Kadang kala sulit menemukan alasan untuk terus
berusaha.
Apa yang membuatmu merasa seperti menerima
kekalahan?
Sekolah? Nilai? Kawan-kawan? Orang-tua? Uang?
Perang?
Dengarlah, Aku ingin kamu mempercayai-Ku
dalam hal
ini.
Meskipun keadaan hidup tampak kacau dari luar,
tetapi jika kamu percaya kepada-Ku,
ada hal-hal yang tak terlihat terjadi di dalam
dirimu.
Setiap hari, Aku membuka sesuatu yang baru dan
menggairahkan.
Masa depanmu akan lebih mengherankan dari apa
pun
yang dapat kamu bayangkan.
Percayalah kepada-Ku, tidak akan sia-sia kamu
bertahan
karena ada hari depan yang indah menunggumu.
Oleh karena itu, bertahanlah dengan gigih.
Janganlah menyerah!

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home