Nyonya Meneer Story
Perselisihan ala perusahaan keluarga
Judul : Family Business A Case Study of Nyonya Meneer, One of Indonesia’s Most Successful Traditional Medicine Companies
Penulis : Asih Sumardono dan Mark Hanusz
Penerbit : Equinox Publishing
Tebal : 189 halaman
Dari perwajahan kulit luarnya saja, buku yang diluncurkan untuk memperingati 88 tahun korporasi obat tradisional ini sudah antik karena memajang bungkus Jamu Galian Parem yang ditujukan bagi ibu usai melahirkan. Lengkap dengan ciri khas foto diri Nyonya Meneer dan etiketnya.
Buku ini dibagi menjadi lima bagian yang memudahkan bagi pembaca awam untuk segera mengerti sejarah panjang kerajaan bisnis Nyonya Meneer. Awal berdirinya usaha milik nyonya Lauw Ping Nio yang bersahaja, manisnya pertumbuhan bisnis hingga perseteruan keluarga yang nyaris menghancurkan bisnis ini.
Dalam perjalanan waktu, perempuan perkasa itu kembali kepada Yang Maha Kuasa pada 23 april 1978, beralihlah tongkat estafet kepemimpinan PT. Nyonya Meneer ke generasi kedua sekaligus babak baru bisnis jamu tersebut dalam konflik keluarga berkepanjangan.
Konflik pertama dalam organisasi dimulai pada 1985, dipicu perebutan kekuasaan antar anak dan mantu untuk meningkatkan peranan masing-masing individu itu dalam mesin organisasi yang terus membesar.
Konflik itu berjalan selama kurang lebih setahun, sampai-sampai Sudomo, Menteri tenaga kerja saat itu, ikut terlibat sebagai penengah. Sengketa tersebut melibatkan proses pengadilan dan agenda saling balas menuntut yang akhirnya diselesaikan dengan cara pelepasan saham oleh dua anak Nyonya Meneer Lucy Saerang dan Marie Kalalo.
Prahara kedua berlangsung antara Desember 1989-1994 antara keluarga Hans Pengemanan di satu sisi dengan keluarga Nonie Saerang bergabung dengan Charles Saerang (cucu nyonya Meneer dari anak laki lakinya yang bernama Hans) di sisi yang berbeda.
Bahkan saat konflik ini berlangsung demi keamanan, Charles sampai harus tinggal di Amerika. Saat itu santer terdengar adanya upaya pembunuhan, salah satunya tembakan senjata api yang menghancurkan kaca belakang mobilnya
Beruntung konflik ini akhirnya selesai secara damai dengan disepakatinya pelepasan saham oleh keluarga Hans Pangemanan terhadap keluarga Nonie Saerang dan Charles Saerang.
Pada situasi di mana komposisi saham bernilai seimbang yaitu 50% bagi keluarga Nonie Saerang dan 50% keluarga Charles Saerang, ternyata konflik belum berhenti sampai di titik itu.
Sejarah mencatat ‘gencatan senjata’ hanya berlangsung setahun. Pada 1995 pecah perang antara keluarga Nonie Saerang dengan keponakannya sendiri yaitu keluarga Charles Saerang. Perang akhirnya berakhir tahun 2000.
Perselisihan yang sempat diwarnai oleh perusakan nama baik masing-masing pihak dengan menggunakan kekuatan media massa, kedua keluarga yang berseteru ini akhirnya melibatkan juga pihak pengacara dan pengadilan dalam agenda saling menuntut dan menjatuhkan.
Setelah pertarungan yang melelahkan, akhirnya pihak keluarga besar Nonie Saerang memutuskan untuk mengalah dan memilih untuk melepaskan saham yang dimilikinya kepada keluarga Charles Saerang yang merupakan keponakan pada 27 Oktober 2000.
Kini kepemilikan saham PT Nyonya Meneer dimiliki secara penuh oleh Charles Saerang dan keluarganya. Dominasi ini memudahkan kiprah korporasi ini bergerak tanpa gangguan.
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home