Wednesday, July 27, 2011

Apa itu Cinta ? Apa itu Perkawinan?

Satu hari, Plato bertanya pada gurunya, “Apa itu cinta? Bagaimana saya bisa menemukannya?

Gurunya menjawab, Ada ladang gandum yang luas didepan sana. Berjalanlah kamu dan tanpa boleh mundur kembali, kemudian ambillah satu saja ranting. Jika kamu menemukan ranting yang kamu anggap paling menakjubkan, artinya kamu telah menemukan cinta”

Plato pun berjalan, dan tidak seberapa lama, dia kembali dengan tangan kosong, tanpa membawa apapun.

Gurunya bertanya, “Mengapa kamu tidak membawa satupun ranting?”
Plato menjawab, “Aku hanya boleh membawa satu saja, dan saat berjalan tidak boleh mundur kembali (berbalik)”

Sebenarnya aku telah menemukan yang paling menakjubkan, tapi aku tak tahu apakah ada yang lebih menakjubkan lagi di depan sana, jadi tak kuambil ranting tersebut. Saat kumelanjutkan berjalan lebih jauh lagi, baru kusadari bahwasanya ranting-ranting yang kutemukan kemudian tak sebagus ranting yang tadi, jadi tak kuambil sebatangpun pada akhirnya” Gurunya kemudian menjawab ” Jadi ya itulah cinta”

Di hari yang lain, Plato bertanya lagi pada gurunya, “Apa itu perkawinan? Bagaimana saya bisa menemukannya? “

Gurunya pun menjawab “Ada hutan yang subur didepan sana. Berjalanlah tanpa boleh mundur kembali (menoleh) dan kamu hanya boleh menebang satu pohon saja. Dan tebanglah jika kamu menemukan pohon yang paling tinggi, karena artinya kamu telah menemukan apa itu perkawinan”
Plato pun berjalan, dan tidak seberapa lama, dia kembali dengan membawa pohon. Pohon tersebut bukanlah pohon yang segar/subur, dan tidak juga terlalu tinggi. Pohon itu biasa-biasa saja. Gurunya bertanya, “Mengapa kamu memotong pohon yang seperti itu?”

Plato pun menjawab, “sebab berdasarkan pengalamanku sebelumnya, setelah menjelajah hampir setengah hutan, ternyata aku kembali dengan tangan kosong.

Jadi dikesempatan ini, aku lihat pohon ini, dan kurasa tidaklah buruk-buruk amat, jadi kuputuskan untuk menebangnya dan membawanya kesini. Aku tidak mau menghilangkan kesempatan untuk mendapatkannya”

Gurunyapun kemudian menjawab, “Dan ya itulah perkawinan”

CATATAN – KECIL :
Cinta itu semakin dicari, maka semakin tidak ditemukan. Cinta adanya di dalam lubuk hati, ketika dapat menahan keinginan dan harapan yang lebih.
Ketika pengharapan dan keinginan yang berlebih akan cinta, maka yang didapat adalah kehampaan… tiada sesuatupun yang didapat, dan tidak dapat dimundurkan kembali.
Waktu dan masa tidak dapat diputar mundur. Terimalah cinta apa adanya.

Perkawinan adalah kelanjutan dari Cinta. Adalah proses mendapatkan kesempatan, ketika kamu mencari yang terbaik diantara pilihan yang ada, maka akan mengurangi kesempatan untuk mendapatkannya, Ketika kesempurnaan ingin kau dapatkan, maka sia2lah waktumu dalam mendapatkan perkawinan itu, Karena, sebenarnya kesempurnaan itu hampa adanya.

Diambil dari : berbagai sumber

My First Porridge (After 20 years)



Bubur pertama yang saya makan setelah 20 tahun ga makan bubur hehehe. Bubur ini ga tau apa namanya, cuman ya its quite oke lho. Makannya juga jam 2 pagi di Chinatown. Dimakan berbarengan dengan irisan ikan mentah yang rasanya wow. It's include in one of my magical moment in my life (eating porridge)

Tuesday, July 26, 2011

“PERHATIAN TERBAIK” selagi punya waktu

Pada suatu malam Budi, seorang eksekutif sukses, seperti biasanya sibuk memperhatikan berkas-berkas pekerjaan kantor yang dibawanya pulang ke rumah, karena keesokan harinya ada rapat umum yang sangat penting dengan para pemegang saham. Ketika ia sedang asyik menyeleksi dokumen kantor tersebut, Putrinya Jessica datang mendekatinya, berdiri tepat disampingnya, sambil memegang buku cerita baru. Buku itu bergambar seorang peri kecil yang imut, sangat menarik perhatian Jessica. “Pa liat”! Jessica berusaha menarik perhatian ayahnya.

Budi menengok ke arahnya, sambil menurunkan kacamatanya, kalimat yang keluar hanyalah kalimat basa-basi “Wah, buku baru ya Jes?”
“Ya papa” Jessica berseri-seri karena merasa ada tanggapan dari ayahnya.
“Bacain Jessi dong Pa” pinta Jessica lembut.
“Wah papa sedang sibuk sekali,jangan sekarang deh” sanggah Budi dengan cepat.

Lalu ia segera mengalihkan perhatiannya pada kertas-kertas yang berserakkan didepannya, dengan serius.Jessica bengong sejenak, namun ia belum menyerah. Dengan suara lembut dan sedikit manja ia kembali merayu “pa, mama bilang papa mau baca untuk Jessi”

Budi mulai agak kesal, “Jes papa sibuk, sekarang Jessi suruh mama baca ya”
“Pa, mama cibuk terus, papa liat gambarnya lucu-lucu”,
“Lain kali Jessica, sana! papa lagi banyak kerjaan”

Budi berusaha memusatkan perhatiannya pada lembar-lembar kertas tadi, menit demi menit berlalu, Jessica menarik nafas panjang dan tetap disitu, berdiri ditempatnya penuh harap, dan tiba-tiba ia mulai lagi.

“Pa,.. gambarnya bagus, papa pasti suka”, “Jessica,
PAPA BILANG, LAIN KALI!!” kata Budi membentaknya dengan keras.
Kali ini Budi berhasil, semangat Jessica kecil terkulai, hampir menangis, matanya berkaca-kaca dan ia bergeser menjauhi ayahnya. “Iya pa, lain kali ya pa?”

Ia masih sempat mendekati ayahnya dan sambil menyentuh lembut tangan ayahnya ia menaruh buku cerita di pangkuan sang Ayah.

“Pa kalau papa ada waktu, papa baca keras-keras ya pa, supaya Jessica bisa denger”.

Hari demi hari telah berlalu, tanpa terasa dua pekan telah berlalu namun permintaan Jessica kecil tidak pernah terpenuhi, buku cerita Peri Imut, belum pernah dibacakan bagi dirinya. Hingga suatu sore terdengar suara hentakan keras “Buukk!!” beberapa tetangga melaporkan dengan histeris bahwa Jessica kecil terlindas kendaraan seorang pemuda mabuk yang melajukan kendaraannya dengan kencang didepan rumah Budi. Tubuh Jessica mungil terhentak beberapa meter, dalam keadaan yang begitu panik ambulance didatangkan secepatnya, selama perjalanan menuju rumah sakit, Jessica kecil sempat berkata dengan begitu lirih.

“Jessi takut Pa, Jessi takut Ma, Jessi sayang papa mama”

Darah segar terus keluar dari mulutnya hingga ia tidak tertolong lagi ketika sesampainya di rumah sakit terdekat.

Kejadian hari itu begitu mengguncangkan hati nurani Budi, Tidak ada lagi waktu tersisa untuk memenuhi sebuah janji. Kini yang ada hanyalah penyesalan. Permintaan sang buah hati yang sangat sederhana, pun tidak terpenuhi. Masih segar terbayang dalam ingatan budi tangan mungil anaknya yang memohon kepadanya untuk membacakan sebuah cerita, kini sentuhan itu terasa sangat berarti sekali,

“…papa baca keras-keras ya Pa, supaya Jessica bisa denger” kata-kata Jessi terngiang-ngiang kembali. Sore itu setelah segalanya telah berlalu, yang tersisa hanya keheningan dan kesunyian hati, canda dan riang Jessica kecil tidak akan terdengar lagi. Budi mulai membuka buku cerita peri imut yang diambilnya perlahan dari onggokan mainan Jessica di pojok ruangan. Bukunya sudah tidak baru lagi, sampulnya sudah usang dan koyak. Beberapa coretan tak berbentuk menghiasi lembar-lembar halamannya seperti sebuah kenangan indah dari Jessica kecil.

Budi menguatkan hati, dengan mata yang berkaca-kaca ia membuka halaman pertama dan membacanya dengan suara keras, tampak sekali ia berusaha membacanya dengan keras. Ia terus membacanya dengan keras-keras halaman demi halaman, dengan berlinang air mata.

“Jessi dengar papa baca ya” selang beberapa kata,.. hatinya memohon lagi.
“Jessi papa mohon ampun nak” “papa sayang Jessi”

Seakan setiap kata dalam bacaan itu begitu menggores lubuk hatinya, tak kuasa menahan itu Budi bersujut dan menangis,.. memohon satu kesempatan lagi untuk mencintai. Seseorang yang mengasihi selalu mengalikan kesenangan dan membagi kesedihan kita.

Ia selalu memberi PERHATIAN kepada kita karena ia peduli kepada kita. ADAKAH “PERHATIAN TERBAIK” ITU BEGITU MAHAL BAGI MEREKA? BERILAH “PERHATIAN TERBAIK” WALAUPUN ITU HANYA SEKALI Bukankah Kesempatan untuk memberi perhatian kepada orang-orang yang kita cintai itu sangat berharga? DO IT NOW

Berilah “PERHATIAN TERBAIK” bagi mereka yang kita cintai. LAKUKAN SEKARANG!! KARENA HANYA ADA SATU KESEMPATAN UNTUK MEMPERHATIKAN DENGAN HATI KITA.

Cinta Di Ujung Jalan

Setiap tetes air mataku
Telah kuberikan untuk kisahku
Mengerti tapi tak dimengerti
Cintaku t'lah di ujung jalan

Setiap kata dari bibirku
Kadang tak sama dalam hatiku
Tersenyum dalam hati menangis
Cintaku t'lah di ujung jalan

Aku sangat mengenalmu
Aku juga cintaimu..
Tapi kau tak pernah ada pengertian
Ku senang, ku sedih
Kau tak mau tahu

Aku sangat mengenalmu
Dulu kau tak begitu
Kau bintang di hatiku
Jadilah yang kumau
Ku senang, ku sedih
Kau ada denganku

Ku mengerti kau apa adanya
Begitupun yang kumau darimu
Kau tahu rasanya diabaikan
Cintaku t'lah di ujung jalan

Monday, July 25, 2011

Singapore - Juli - 2011







Sunday, July 24, 2011

the next 5ive years plan

1.Have a long holiday at Alila Ubud Bali :)
2.Buy some SUV car
3.Start up some small business
4.Married? Hahaha...soon as I found someone whose think and act that I am special for her (vice versa)
5.Baby hahaaa

Friday, July 22, 2011

USS July 2011



IBBA 2011

Wednesday, July 20, 2011

(Jangan) BERHENTI MENCINTAI

Seorang teman lama menghubungi saya setelah beberapa tahun tak bertemu. Ia menghubungi melalui telepon tak berhasil, saya baru ngeh waktu saya membaca pesan di inbox facebook. Ia membuat kalimat yang membuat saya langsung menghubunginya. “Gua dah balik ke Jakarta lagi. For good.”

“For good” itu diterjemahkan dengan kalimat singkat perkawinannya kandas di tengah jalan. Saya kagetnya setengah mati. Dan tambah kaget lagi dan nyaris mati ketika ia mengungkapkan alasannya mengapa kapalnya kandas di tengah jalan. Buat saya, kandasnya kapal sudah tak mengagetkan lagi. Belakangan rasanya kalau enggak kandas kok enggak gaya gitu… Seperti mudahnya mengganti tas setiap hari yang disesuaikan dengan warna baju dan acara yang akan dihadiri.


“THE DAY I STOP LOVING YOU”

Yang membuat saya hampir mati adalah alasannya bukan karena tidak cocok, bukan seperti ketidakcocokan memadankan warna baju dan tas, tetapi karena pasangan teman saya itu berhenti mencintai. BERHENTI. Dan pasangannya itu tak memberi alasan apa pun mengapa ia bisa melakukan itu. Teman saya mencoba mengingatkan, usaha yang sudah dia lakukan untuk melewati bahtera selama sekian tahun apakah akan dihancurkan secepat ini. Si pria tetap pada prinsipnya untuk mengandaskan kapal yang sedang berlayar itu.

Saya naik pitam. Saya bertanya BAGAIMANA ADA MANUSIA BISA MELAKUKAN SEBUAH TINDAKAN TANPA ALASAN? Bukankah manusia itu justru paling pandai sekali menciptakan alasan, sebanyak jalan ke Roma dan sejuta bintang di langit? Mana mungkin ada manusia yang bisa menghilangkan rasa yang diberikan Sang Pencipta dalam satu paket itu? Saya sampai bingung apa benar kata BERHENTI itu tepat untuk dipasangkan dengan MENCINTAI. Saya sampai membaca kamus untuk tahu apa arti sesungguhnya dari berhenti itu. Untuk pertama kalinya saya dibuat kelimpungan dengan kata yang saya pikir saya mengerti.

Kemudian saya teringat saat itu juga pada sebuah lagu yang dinyanyikan Oleta Adams yang judulnya saja menyayat hati, The Day I Stop Loving You. Saya seperti ditimpuk sebuah batu besar sampai seperti tak punya tulang untuk menyangga tubuh saya. BERHENTI MENCINTAI. Gila, saya pikir. Saya tak tahu apakah ayah saya yang menikah sampai tiga kali itu bisa berhenti mencintai ibu saya hanya karena ia mengawini perempuan berikutnya. Dan apakah ia akan berhenti mencintai yang kedua hanya karena yang ketiga sudah ada di tangan kanannya? Saya tak tahu karena tak pernah menanyakan hal ini kepada dia karena baru pertama kali inilah saya mendengar ada orang bisa BERHENTI MENCINTAI.

Maka, waktu ayah masih hidup, saya tak punya pertanyaan ini, jadi yaa.. lewat begitu saja. Sekarang ketika dihadapkan pada pertanyaan itu, ia sudah keburu memenuhi panggilan yang meciptakan dia, tanpa bisa menolak. Kepada yang memberikan rasa cinta kepada dirinya sehingga memampukannya menikah sampai tiga kali.



PEMBOHONG ATAU PENGECUT?

Wah, hari itu setelah saya berbicara dengan teman saya tersebut,saya dibuat pusing tujuh keliling. Lebih dari tujuh, mungkin. Kemudian saya bertanya kepada diri sendiri, saat melihat pribadi kondang yang saya baca di berbagai majalah, baik itu pribadi internasional dan nasional, yang kawin cerai seperti mudahnya membalikkan tangan.

Apakah ketika mereka bercerai dengan sejuta alasan, dari yang disilet sampai yang memang juara selingkuh, pada saat itu mereka berhenti mencintai? Apakah menikah lagi, atau seperti beberapa teman saya yang punya pacar lebih dari tiga adalah bukti mencintai itu tak pernah bisa dihentikan dan malah mungkin karena mereka kebanyakan rasa cinta sehingga salurannya perlu lebih dari satu?

Kemudian saya mencoba melihat perjalanan hidup dan bukan sekadar cerita cinta saya saja, benarkah saya sebagai manusia yang diciptakan sengan sejuta rasa bisa menghentikan semua atau salah satu rasa itu? Apakah saya bisa menganulir hitam dan hanya mempertahankan putih saja? Apakah mungkin yin itu hidup tanpa yang?

Berhenti mencintai ternyata bisa dilakukan. Saat saya melirik kepada orang lain dan jatuh cinta karenanya, apa pun alasannya, maka saat itulah saya berhenti mencintai pasangan saya yang sah. Berhenti mencintainya sebanyak seratus persen, maksud saya. Lama-lama presentase mencintai itu semakin berkurang dan akhirnya memutuskan untuk pindah ke lain hati. Tetapi, selalu saja alasannya mengapa saya berhenti mencintai. Ada sejuta alasan.

Ketika saya korupsi, ketika mencoba untuk menipu, ketika saya memanipulasi, ketika itulah saya berhenti untuk mencintai kebenaran. Alasannya juga sejuta. Ketika saya merusak tubuh saya, apa pun bentuk dan caranya, maka saat itulah saya berhenti mencintai tubuh saya yang sehat. Alasannya juga ada sejuta.

Kemudian saya bertanya lagi kepada diri sendiri, kalau sampai ada manusia di dunia ini mau berhenti melakukan sesuatu, terutama berhenti mencintai dan tak tahu alasannya, mungkinkah ia berbohong? Ataukah sejujurnya itu yang disebut pengecut? Dalam kegelapan malam, di dalam taksi yang mengantar saya pulang, saya masih kesal dan bingung. Yang di kepala hanya ada suara seperti tokek. Bohong, pengecut, bohong, pengecut…..

JANGAN PERNAH…

1.Berhenti mencintai. Cinta yang seratus persen pada pasangan Anda itu mampu mengalahkan ketidakbenaran, mampu mempertahankan perahu agar tidak kandas.

2.Berpikir bahwa dengan mencintai seratus persen Anda tak memiliki ruang untuk diri sendiri.

3.Mencintai kalau Anda tak siap. Ya uangnya, ya mentalnya, ya kekuatannya. Jangan pernah menyalahkan pasangan kalau sejujurnya Anda yang tak siap dalam segalanya.

4.Berpikir, memiliki ruang untuk diri sendiri dan mencintai seratus persen itu adalah sebuah perbedaan seperti siang dan malam. Itu sebuah komplimen. Sama seperti saat Anda member barang pecah belah, maka selalu saja ada gulungan kertas atau apa pun yang disisipkan di antara barang-barang ringkih itu,bukan? Itu berguna menjadi pelindung agar barang ringkih itu tidak menjadi porak dan poranda. Kertas yang disisipkan memang memberi jarak antara barang pecah belah itu, tetapi jarak itu bukan untuk menghancurkan, tetapi untuk mempertahankan supaya tidak pecah.

5.Kalau Anda diciptakan untuk menjadi pengganggu hubungan orang, kecuali Anda sakit jiwa, merasa seperti bidadari penolong atau superman. Kalau begitu kejadiannya, mbok periksa ke dokter. Salah. Saya salah besar. Bagaimana mau ke dokter jiwa, lah wong sakit jiwa dan merasa seperti bidadari penolong atau superman. Maka, saudara-saudariku yang tercinta, hati-hati kalau bertemu dengan serigala berbulu domba.

6.Untuk menjadi pengecut. Kalau Anda merasa hubungan itu menjadi hambar, mbok bicara sama pasangannya, jangan diam saja atau malah curhat sama orang lain. Nanti curhat-curhat kecil jadi curhat besar. Nanti curhat di kafe pindah ke kamar hotel sambil bobo-bobo siang, sore, malam, sampai Anda tak bisa membedakan antara curhat dengan buka kancing baju.

7.Untuk menjadi oportunis. Cinta Anda itu bukan untuk dijadikan sarana mendekati pejabat ini dan itu, untuk naik ke jenjang profesi lebih tinggi, atau untuk memiliki masa depan yang lebih kinclong. Mungkin inilah yang disebut pelacuran yang sesungguhnya. Pelacuran macam ini sulit diberantas sama kamtib, hanya bisa sama nurani. Tetapi, nurani juga bisa dibebalkan. Jadi tak ada jalan keluar tampaknya. Nah, mending jadi opor ayam kalau begitu. Enak dan banyak orang suka.

8.Berpikir bahwa tidak akan ada harga yang harus Anda bayar dari berhenti mencintai kebenaran. Ingat, yang Anda taburlah yang akan dituai. Mungkin Anda tak menuai sekarang sehingga Anda makin percaya sebuah kesalahan seperti sebuah kebenaran yang sangat mungkin diterima dengan akal paling sehat sekalipun. Anda keliru besar. Akan datang masanya tagihan itu tiba di pintu hidup Anda. Jangan Anda kemudian mengeluh tak bisa membayar. Percaya saja. Saya pernah melakukan itu semua dan sampai sekarang harus menganggung akibatnya.


(Diambil dari Tulisan : Samuel Mulia)

Monday, July 04, 2011

Ping Me !!

Baby, If you read my blog, please ping me...so i know that you already come here